Minggu, Februari 15, 2009

Nostalgia Wisata kuliner Bandung...

Waktu cuti kemarin, ga tau kenapa ya kok kaya lagi ngidam bgt pengen makan, makanan yang menjadi favorit aku jaman aku masih kecil...Mie goreng jalan Gurame....kalau digambarkan Mie goreng ini, hanyalah Mie goreng Kampung yang sangat sederhana, tapi....kaya rasanya mmmm dan pelayanannya yang super duper ramah karena penjualnya masih menganut faham "pembeli adalah raja" jd SOP dalam hal pelayanannya itu lho yang ga pernah berubah dari jaman aku belum sekolah sampai sekarang....nah pastinya pada penasaran deh, apa sih SOP mereka...nah ini adalah kunci suksesnya, jadi setiap ada tamu yang datang bapa/ibunya selalu melempar senyum dan langsung mempersilahkan tamu2nya duduk, kemudian mereka menanyakan apa pesanan kita dengan bahasa Sunda yang tidak berubah dari jaman dulu " punten bade pesen naon?" pastinya kata kuncinya punten, dan pada saat menyimpan makanannyapun mereka selalu berkata " Mangga iyeu emmihna " dan apabila kita akan meninggalkan tempat makan, mereka selalu berkata " Hatur nuhun", rasanya kok aku heboh banget deh mendengar kata2 seperti itu! pasti iya lah, karena ditempat tinggal aku sekarang tuh jarang banget pedagangnya bilang terima kasih, malahan yang ada, kita udah bilang terima kasih eh mereka jarang banget yang jawab sama2 or apa gitu.. ugh bikin BTdeh.....Nah sok atuh di tingal si bapa nuju ngagoreng.....




Nah kayanya ga seru deh kalau ga sekalian cerita sejarahnya Mie Goreng ini, jadi Mie goreng ini beroperasi pada tahun 1964 dan pada saat itu di kelola oleh sepasang suami istri yang bernama Bapak.Alm.Endin dan Ibu Emis, pasangan ini di karuniai 8 orang anak, setelah sang juru masak meninggal maka yang meneruskan bisnis kuliner ini adalah keluarga inti yaitu anak ke 6,7 dan 8. Sambil menikmati sepiring Mie goreng aku kok penasaran bgt ya, kenapa mereka tidak melebarkan sayapnya pastinya pemasukan untuk mereka akan bertambah banyak ( duh memang odang alias otak dagang ga bisa liat peluang langsung deh....) tapi menurut informasi dari ibu Ani, memang sudah ada beberapa orang yang mengajak untuk bekerja sama, tetapi mereka tolak dengan alasan juru masaknya tidak ada, untuk sekarang saja hanya ada 1 dan mereka sangat menjaga ciri khas mie goreng yang mereka jual (ya mungkin saja resep ini adalah obat pengobat rindu kepada ortunya, soalnya kl masakan beda tangan pasti deh beda rasa). Pada awalnya Mie goreng ini dijual dengan harga Rp.25,- (1964), sekarang harganya Rp.1.000,- (2009), pantesan aja banyak pelanggan orang harga kaki lima rasa bintang lima......penasaran sok atuh cobian, bukanya malam ya....